boys are such a dick because they’re born with it!

It’s not something to laugh actually. Temen gue, si Tria, lagi-lagi curhat tentang ‘cowoknya’. OMG, she has sum kinda never-ending-love-problematical-life dan selalu minta saran lewat blog.

Sebenernya persoalannya simpel, ketemu cowok cyber yang [konon] tampan, muslim, bule, tajir, ramah, sakti mandraguna, multiguna, gemah ripah loh jinawi [amiiin ya Allah amiiin!] which if he was coming to me [which he really did recently] I’ll be very sarcastic with all those statement. Iya lah, kalo gue di internet, I’m looking for someone humble, I don’t even really need a picture, esp. if it’s not yours or if it’s photoshoped!

Continue reading “boys are such a dick because they’re born with it!”

Kutu Buku Mati Kutu

Baru-baru ini banyak beli buku. Siapa sih yang bilang membaca itu hobi yang murah ?? Gila tuh, jatah beli buku ngalah-ngalahin jatah makan, khususnya jatah makan gue. Entah kenapa bulan April banyak buku bagus yang terbit bareng, menyambut kelahiranku kah? Apa gue harus berenti baca buku?

Oh no no no way. Hanya karena mahal, gak berarti gue mati kutu; kejer diskonan, nabung kek, minjem kek, ya-toya-toya-toya-toya???!

Dulu gue disuruh baca sama Papa, katanya biar PINTAR (terbukti, kosakata gue lumayan banyak, bisa dibilang lebih banget dari rata-rata dan mendukung gue untuk mengarang indah di tiap ujian). Kata mama, biar punya hobi yang irit. Ya dulu, 1000 perak juga udah kenyang baca buku. Kayak Cardcaptor Sakura aja, labelnya masih 7500, dan itu belum lama lho, waktu gue SMP. Gue malah punya Doraemon dengan harga 500 perak saja, dan gambarnya masih amit-amit. Doraemonnya macam gepeng.

Waktu memulai hobi baca gue, sebagai anak sulung dalam keluarga yang relatif masih amat sangat baru, gak ada bacaan apa-apa yang menarik bagi anak baru lulus TK (omg, bayangin imutnya akkoh!), di rumah cuma ada buku-buku hukum kakek, buku ekonomi nyokap, dan buku-buku aneh si Papa tentang budidaya sesuatu, jamur merang misalnya. Btw, buku itu pernah gue praktekin pake rumput ilalang dan jamur oncom, hasilnya adalah cairan luar biasa yang bisa tercium dari jarak 10 meter sebagai bau campuran dari oncom basi dan rumput lapuk, hanya saja dengan fermentasi lebih lanjut. Buku itu sesat, men. (lho?!)

Continue reading “Kutu Buku Mati Kutu”

bencong WER EWER EWER EWER – tragedi 19

I’m 19, hore banget. Hehehehe..

Dirayakan tanpa pulsa. Aduh, maaf ya buat semua yang udah SMS. HUHU…

Awalnya sih ultah berjalan lancar. Dosen ijin, jadi kuliah cuma ngabsen. Mandi air panas sampe puas, dandan, jemput pacar, minta anterin. Eh, begitu nyampe makhluknya masih molor, udah dibangunin mintanya pergi jam 12 aja pula, padahal gue janjian jam 11. Sedihnya, dia tidur lagi!

Jadi gue pulang merajut dan juga merajuk juk juk!

Akhirnya, begitu nyampe kampus, eh makhluk-makhluk yang mau dijemput malah gak komplit. Ada yang belum dateng, ada yang masi OL, ada yg masih mau solat dulu. Haaah… *kuyu*

Sambil menunggu bengong-bengong di depan warung, tiba-tiba ada bencong ngamen. Gue pura-pura gak liat aja, lupa bawa dompet nih, ketinggalan di mobil.

Continue reading “bencong WER EWER EWER EWER – tragedi 19”

HYPOCRITE kills [seriously, it does]

Gue baru merenung lagi, kurasa daku telah menemukan teori luar biasa. Halah…

Jadi gini ceritanya, tadi siang gue SMS-an ama seorang teman. Ceritanya sang teman ini mengalami penderitaan cinta yang amat sangat, duileeehhh… Sedangkan gue lagi marah-marah krn satu dan lain hal, pokoknya tentang sebuah janji yang tak terpenuhi… (Gue benci orang yang ingkar janji, apalagi kalo janjinya menyangkut gue mau ditraktir sesuatu. Hehehehee…)

Jadi, saat gue sedang marah-marah tersebut, sang teman bicara padakuwh… “lo jangan pura-pura udah gak ada feeling gitu lagi deh, makin lo ingkarin, feeling itu makin dalem.” En gue dengan jujur bilang, “gak tuh”. Dan gue bilang ke dia, gue gak suka sikap yang hipokrit krn cm bisa nyengsarain diri gue sendiri. Kalo gue lagi sedih, gue bakal bener2 sedih. Kalo gue patah hati, gue bakal bener2 ngasih kesempatan diri gue buat sedih, lalu well… Life goes on, we’ll carry on. C’est la vie

Continue reading “HYPOCRITE kills [seriously, it does]”

To all my friends!

This thing came up in my mind when I woke up this morning and found a message in my cell phone from a faraway friend, encourages me to wake up and face this day zestfully. Just that one simple sentence brightened up my day today. It takes me back into my memories, where everything you’ve done for me saved as a treasure. And this memory is playing in my mind like a film without sound.

Some of you come up since I was a little girl, some of you when I was a pre-teen drama queen, and some of you showed up when I am what I am now, a rebel teenager messing up in my university. I knew you would always be someone I could trust. I felt your presence through the good times and the bad. When you saw me getting nowhere, when my star began to fade and I found the life’s too hard to take, I looked inside me and you were there keeping the faith you always had about me, encourages me. You touched my heart and my soul, you show me the way in the thing I should do. I always knew that I’d be lost without you.

Continue reading “To all my friends!”

Sampan Senja

Tanpa ia berkata pun, aku tahu ia merasa penat; sebagaimana ia tahu letih yang terpancar dari riak mataku… Tak usah bertanya mengapa, atau bagaimana… Perihnya, perihku; jenuhnya, jenuhku… Dan kami jemi dengan semua.. Semuanya palsu, ilusi… Layaknya kami… “Aku muak,” seduku.. “Aku pun tlah melampaui ambangku,” ujarnya.. Lalu ia menatap nanar, hampa ke dalam mataku … Continue reading Sampan Senja

Cinta dan TAI

Well, setelah lama berbahasa Indonesia, gue merasa Bahasa Indonesia itu penuh dengan sinisme dan kekacauan tata bahasa. Bukan gue mau sok ikut-ikutan para pakar hukum yang ngeributin tentang betapa salahnya istilah “tindak pidana”. No, ini sesuatu yang lebih ringan dari itu. I’m not that heavy inside anyway. Dan ini juga bukan dengan rangka ngomongin seseorang lohhhhhhhh!

Jadi gini… Gue gak ngerti soal imbuhan akhiran –i. Sebenernya –i itu diletakin dimana sih?

Di belakang huruf vokal atau bukan?

Masalahnya… kenapa “menceritakan” bukan “menceritai”???

Padahal, pada kata yang lebih mulia dari itu, kita pake imbuhan –i. Ya, saudara-saudaraku, kata “mencintai”, kenapa bukan “mencintakan”?

I know it sounds weird, tapi khan kalo kita dari dulu pake begitu gak bakal aneh rasanya. Masalahnya, “cerita” dan “cinta” punya huruf akhir yang sama dan suku kata akhir yang berbunyi sama. Kenapa harus “cinta” yang pake imbuhan –i?

Kenapa kata yang begitu kita sakralkan dan merupakan simbol harapan kita semua itu harus berlekatan dengan kata yang jorok, yaitu “tai”???????!!!!!!

Continue reading “Cinta dan TAI”

Akhirnya Menemukan Sang Pangeran, Tapi Ternyata Gue Bukan Cinderella

I’ve found my Prince Charming,

but I’m not his Cinderella

Kemaren adek gue ngutip itu dari FS temennya. Kinda tragic, tapi ini sering banget terjadi. Ketemu orang yang tepat buat lo, but honey, lo bukan orang yang tepat buat dia. Sum people face it bravely, yang laen tenggelem dalam nestapa… (ceileh!)

Ini sering terjadi kok, bukan cuma kamu. Kita bangsa Timur sih, cewek cuma bisa ngasih sinyal, bukan ngejer, that’s why sometimes we don’t get what we want.
Cowok bisa aja ngejer-ngejer kita ke ujung dunia sambil nyanyi-nyanyi “Won’t Go Home Without You” dengan kualitas yang jauh di bawah Adam Levine tapi tetep ngeluluhin hati kita (untung bukan Adam Levine yang ngejer-ngejer gue. Hahaha…)

Kenapa ya bisa gitu?

Continue reading “Akhirnya Menemukan Sang Pangeran, Tapi Ternyata Gue Bukan Cinderella”