Kamu ingat bagaimana kita mempelajari angka?
Menyamakannya dengan lekuk benda di sekitar kita.
Maka kamu adalah garpu dan aku adalah bangku.
Lalu kita akan berbangga dan berceloteh pada para ibu.
Kamu selalu lebih dahulu,
lalu aku menyusul malu-malu.
Cuma kamu Adam yang kurelakan mengungguliku.
Karena bagiku, itulah nyatanya dirimu.
Lalu kau menyelesaikan satu perlombaan yang tak pernah aku inginkan untuk kau menangkan.
Satu lintasan yang tak seharusnya secepat itu kau selesaikan.
Aku hanya menganga menatapmu mengoyak pita di garis akhir, menandai finalisasi.
Surga sejenak kabur dalam gempita dan konfeti.
Mereka menyambut pemenang barunya menembus lini.
Aku tersaruk, tidak tahu bagaimana harus melanjutkan lari.
Featured Image: Photo by Marina Montoya on Unsplash