Dalam legenda Yunani kuno, terdapat kisah tentang Themis, personifikasi keadilan yang coba dihadirkan manusia sebagai sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Themis dalam mitologi Yunani adalah salah seorang Titan wanita yang memiliki hubungan dekat dengan Zeus. Ia memiliki anak yang didapatkannya dari hubungannya dengan Zeus, yaitu Horae (dewi-dewi pengatur hukum dan pengaturan: Eunomia (tatanan hukum), Diké (keadilan), dan Eirene (perdamaian)) dan Moirai (dewi-dewi perajut takdir: Clotho, Lachesis, dan Atropos)
Themis berarti Hukum Alam. Ia adalah tubuh dari aturan, hukum, dan adat. Sedangkan dalam legenda Romawi, Dewi Keadilan lebih dikenal sebagai Iustitia atau Lady Justice. Themis lebih melambangkan hukum alam yang tercipta oleh para dewa, sedangkan Iustitia murni perupakan personifikasi moral dalam proses peradilan.
Themis sendiri dikatakan memiliki kekuatan untuk meramal. Banyak penganut Neo-Pagan terutama Helenistic NeoPagan menganggap Themis adalah dewi kebajikan dan keadilan. Banyak sekte modern menganggap Themis berperan dalam menentukan kehidupan setelah mati. Ia membawa seperangkat timbangan yang digunakan untuk menimbang kebaikan dan keburukan seseorang. Themis juga memberikan masukan terakhir sebelum nasib orang tersebut ditentukan oleh Hades.
Themis dikatakan sebagai anak dari Gaia (Bumi) dan Uranus (Langit). Pengikut Pagan biasanya berdo’a, membakar minyak dan kemenyan, makanan, atau menumpahkan minuman sebagai persembahan pada Themis. Mereka menganggap Themis menjanjikan kesehatan, kesenangan, kejantanan, dan kharisma bagi para pengikutnya. Themis biasanya disembah oleh para pria.
Dalam mitologi Romawi, Lady Justice (atau cukup “Justice”) adalah personifikasi dari dorongan moral yang bernaung di bawah sistem hukum. Sejak era Renaissance, Justitia kerapkali digambarkan sebagai wanita yang bertelanjang dada, membawa sebuah pedang dan timbangan, serta terkadang mengenakan tutup mata. Ikonografinya yang lebih modern, yang banyak menghiasi ruang persidangan, merupakan paduan dari Dewi Fortuna Romawi yang mengenakan tutup mata dengan Dewi Tyche pada masa Yunani Helleinistik (masa penjajahan Aleksander Agung).
Justitia secara pararel merupakan Themis, pernyataan dari adanya sebuah aturan, hukum, dan kebiasaan, dalam aspeknya sebagai personifikasi dari kebenaran mutlak dari hukum. Bagaimanapun, hubungan mitologikal keduanya tidaklah langsung. Yang membawa timbangan biasanya adalah putri Themis, Dike. Dike menjalankan hukum tentang penilaian dan penjatuhan hukum hukuman, kemudian bersama-sama dengan ibunya Themis, melaksanakan keputusan akhir dari Moirai.
Gambaran Justitia yang paling umum adalah timbangan yang menggantung dari tangan kiri, dimana ia mengukur pembelaan dan perlawanan dalam sebuah kasus. Dan kerapkali, ia digambarkan membawa pedang bermata dua yang menyimbolkan kekuatan Pertimbangan dan Keadilan. Dalam legenda Themis, pedang bermata dua yang dimilikinya dikatakan memiliki kemampuan untuk membelah antara fakta dengan fiksi.
Justitia juga digambarkan mengenakan tutup mata. Ini dimaksudkan untuk mengindikasikan bahwa keadilan harus diberikan secara objektif tanpa pandang bulu, blind justice dan blind equality. Yang menarik, tutup mata ini baru ‘dikenakannya’ setelah abad ke-15, saat tutup mata tampaknya menjadi ‘trend di kalangan dewi’. Koin kuno Roma berhias gambar Justitia memegang pedang dan timbangan, tetapi matanya tidak tertutup. “Lady Justice” atau “Lord Justice” juga merupakan gelar bagi hakim pengadilan banding di Inggris dan Wales.
Mengutip Bagya Agung Prabowo, SH, M.Hum. dari tulisannya di Kedaulatan Rakyat, Hukum hadir untuk menyempurnakan ritus perjalanan manusia menuju kesempurnaan. Melahirkan satu tatanan sosial yang berkeadilan dan berkeadaban. Sebagai spirit, Dewi Keadilan adalah mimpi bagi pendamba keadilan di mana pun, tak terkecuali di Indonesia. Tapi sayangnya, jangankan Dewi Themis, agaknya Dewi Fortuna-pun malas menari di atas tanah kita.
Salam kenal,
Forum kita di sini adalah forum untuk saling berdiskusi dan saling mengingatkan untuk mendapatkan kebenaran yang “benar” bagi diri kita masing-masing.
Maafkan jika postingan saya tidak menyinggung perasaan dan sebagainya
Peace, selalu
@indera keenam
ya. ^^
kalo sampe tulisan di blog aja bohongan,
gimana di media yang lain??
begini kalo bisa frofil dewi justitia lebih di perjelas
ummm.
kurang ngerti, profil yg macam apa?
apakah lebih lanjut mengenai karakter, atau figurnya?
Thanks sis,
U’ve helped me to finish my homework =)
Gw juga mahasisiwi Hukum
Gw di taun pertama UI
keadilan tertinggi adalah ketidakadilan tertinggi, maksudnya apa ya ? Apa karena itu polisi, jaksa apalagi hakim boleh buat keputusan hukum yang salah ? Salam kenal dari saya. Hp gua 085241274400.
@naff
wah, kalo copy paste itu berarti pelanggaran atas HAKI saya ~
hahaha ..
@fery
ga gitu juga sih.
misalnya gini, kasus amrozi nih yah.
menurut kita, adil kalau amrozi dihukum mati.
nah, kalau kata amrozi dan pendukungnya, itu nggak adil.
makanya, keadilan itu serelatif frase
“keadilan adalah ketidakadilan tertinggi”
kok’ skrang orng lg marak2x bcra soal hkm & keadilan ya!!!!!
adakah hukum atau keadilan itu sendiri yang berkiblat pada rakyat kecil????
thank’s atas infonya,mantap!
Salam kenal Mba’ , Secara filisofis gambaran Dewi keadilan itu ideal banget n cantik lagi. Namun yang jadi masalah adalah praktek dalam keseharian, sering banget jaauuhh melenceng, sehingga masyarakat berkata : Wach, Dewinya nggak make’ tutup mata ( nggak adil ) “, alias pilih2 bulu bin liat2 orang, he .. he .. he …
Abang2 dan Mba2..
Jaman sekrang menegakkan sebuah hukum itu tergantung dari kita.janganlah menuduh orang dia salah2,pdahal kita sndiri tidak ngaca..apakah kita sdah menegakkan hukum???minimal buang sampah dan naik kendaraan deh..
Trus masalah dewi keadilan, sekdang ini dewi keadilan bnyak versi.ada sebuah patung lady justice yang menurut saya memiliki filosofi tersendiri yaitu Seorang dewi keadilan yang memegang timbangan memberikan mkana dia bisa memberikan keadilan dan tangan sebelahnya memegang buku mengartikan bahwa buku itu sebagai ilmu pengetahuan guna pedoman dia untuk menentukan hukum.Trus Pedangnya dan ular diinjak yang mengartikan bahwa pedang disini menandakan sebuah kekerasan dan ular menandakan sebuak kepicikan oleh krna itu harus ditaklukkan.trus matanya kebuka mengartikan bahwa dewi keadilan dalam menetukan melihat dari 3 aspek,filisofis,yuridis dan sosiologis.klw ada yg berpendapat lain bagi saya tidak masalah krna perbedaan itu indah..
bagus juga paparannya ..
wa jg ada gambarnya..
waw…….
bagus blog’a….
salam knal,kalo sempet mampir ya ke blog saya, 🙂
untuk forum ini saya hanya mau mengucapkan beberapa statemen..
Carilah Kebenaran bukan pembenaran…
untuk forum ini saya hanya mau mengucapkan beberapa statemen..
Carilah Kebenaran bukan pembenaran…
Reblogged this on syafiq996’s Blog.